Renungan Februari 2024

BERJAGA-JAGA DALAM MENANTI KEDATANGANNYA KEMBALI

Tanpa dirasa kita sudah memasuki bulan kedua di tahun 2024 ini. Ayat penuntun kita hari ini diambil dari Matius 24:42 yang berkata, „Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.“ Berjaga-jaga artinya kita tetap berdiri teguh dalam iman kepada Kristus dan menghidupinya setiap saat, sehingga kapan pun Dia datang, kita siap menyambut-Nya. Dengan demikian, kedatangan Tuhan akan menjadi sukacita bagi kita. Masa penantian kita sebenarnya adalah sepanjang hidup, setiap saat dan kapan saja. Menurut salah satu sumber, berjaga-jaga juga berarti kita harus bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diembankan kepada kita. Kita harus menjadi bijaksana seperti lima gadis yang bijaksana dalam perumpamaan Kristus di Matius 25:1-13, supaya pada waktu kedatangan-Nya kita semua ikut terangkat dan masuk dalam “pesta perkawinan” Anak Domba (Wahyu 19:7-9). Bila kita mendalami surat Paulus kepada jemaat di Korintus dalam Perjanjian Baru, kita tahu bahwa kota Korintus pada waktu itu adalah kota metropolis yang ramai dan tempat peleburan budaya saat itu. Pelabuhan yang sibuk menyediakan lapangan kerja dan kemakmuran. Di atas kota Korintus menjulang kuil dewi percintaan Yunani, Aphrodite, tempat pelacuran bakti. Di Korintus, pemikiran filosofis Yunani, tradisi pagan dan budaya Yahudi bertemu dan membentuk karakter kota. Dan di kota Korintus ini, Paulus berkenalan dengan Akwila dan Priskila. Mereka sama-sama bekerja sebagai pembuat tenda. Rumah Akwila dan Priskila menjadi markasnya. Silas dan Timotius juga tiba di Korintus. Paulus berbicara kepada orang-orang Yahudi dan Yunani di sygnagoge setiap hari Sabat. Banyak orang yang menjadi percaya kepada Yesus. Allah menyatakan kepadanya bahwa ia memiliki "suatu bangsa yang besar" di kota itu dan jemaat di Korintus lahir (Kisah Para Rasul 18:1-10). Ini merupakan awal yang menguntungkan! Tetapi setelah itu jemaat bukannya menjadi lebih dewasa dan teguh dalam iman, tetapi malah bergerak ke arah yang salah setelah kepergian Paulus. Kesalahan teologis menyebar, terjadi perselisihan di antara jemaat dan pembentukan kelompok. Kebebasan Kristen yang disalahpahami menyebabkan kegagalan moral, dosa ditoleransi dan sakramen dinodai. Jemaat telah kehilangan arah. Surat pertama yang dikirimkan Paulus kepada orang-orang Kristen Korintus penuh dengan nasihat dan teguran. Namun pada saat situasi dan kondisi yang seperti itu, dalam diri Paulus masih ada cinta abadi untuk mereka (1 Korintus 13:1-13). Tidak ada yang lebih penting bagi Paulus daripada mengembalikan mereka ke jalur yang benar dalam kasih. Di akhir suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, Paulus mendesak mereka dan berkata: "Berjaga-jagalah (Waspadalah)! Berdirilah dengan teguh dalam iman (Berpeganglah erat pada iman)! Bersikaplah sebagai laki-laki! Dan tetap kuat! (Jadilah berani dan kuat)! Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih (Biarlah kasih membimbing kamu dalam segala perbuatanmu)" (1 Korintus 16:13-14). Dalam bahasa Yunani, kedua ayat tersebut membentuk satu kesatuan yang terpisahkan. Paulus ingin mengatakan kepada jemaat: Ikatan Anda diperebutkan, jadi berjaga-jagalah terhadap semua pengaruh yang merusak! Jangan menjadi lemah dalam iman kepada Yesus! Sebaliknya, dengan berani dan gigih menolak semua pengaruh negatif! Dan dengan melakukannya, arahkan dirimu pada kasih Allah, kasih agape, yang sabar dan baik hati. Sebagai jemaat yang sedang menantikan kedatangan Tuhan Yesus, mari kita juga menjalani kehidupan dengan berjaga-jaga dan dipenuhi kasih Allah yang tidak pernah padam. Dunia di sekitar kita membutuhkan kasih Allah. Siapa yang akan membawanya kepadanya? Mari kita hidup dengan terus berjaga-jaga, dan siap melakukan apa yang berkenan kepada Tuhan. Amin! Tuhan Yesus memberkati!


Download Renungan (Pdf) .....