Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia (Roma 14:17-18)
Menjadi pelayan merupakan pekerjaan yang kurang diminati. Di mata orang Yunani pada masa Perjanjian Baru, seorang pelayan (hamba) merupakan status dari orang-orang yang tidak mempunyai hak dan hanya tahu melakukan kewajiban yang diberikan tuannya. Mati dan hidup ada di tangan tuannya dan mereka hanya dapat melakukan perintah tuannya entah hal itu disukai atau tidak oleh hambanya itu. Dalam Roma 14:17-18, rasul Paulus berkata kepada jemaat di Roma, bahwa melayani Kristus bukanlah soal makanan dan minuman (soal kedagingan dan keduniawian), tetapi untuk menjun-jung tinggi kebenaran, mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan hidup dipenuhi sukacita Roh Kudus. Barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, maka ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia. Ini berbeda dengan apa yang berlaku waktu itu, tetapi merupakan prinsip paling utama untuk menjadi pelayan Kristus yang berkenan. Kepada jemaat di Filipi, rasul Paulus pernah menjelaskan salah satu cara untuk mengatasi masalah karena ketidaksatuan, perpecahan, perselisihan, yaitu melalui kedewasaan iman. Tujuan dari kedewasaan iman adalah menjadi semakin serupa dengan Kristus. Kita perlu memiliki pikiran dan perasaan yang semakin menyerupai Kristus, yang walaupun dalam rupa Allah namun tidak menganggap kesetaraan dengan Allah yang harus dipertahankan. Tuhan Yesus telah me-ngosongkan diri-Nya dan hidup dalam kesetiaan. Dia telah taat sampai mati di atas kayu salib sehingga pada akhirnya ditinggikan bagi kemuliaan Allah. Tuhan Yesus telah menjadi hamba yang berkenan di hati Bapa (Filipi 2:1-11). Bila kita merenungkan lebih jauh ayat-ayat di dalam Filipi 2 ini, yaitu dalam ayat 12-18, maka rasul Paulus dan setiap murid-Nya bisa siap melayani Kristus karena dalam diri mereka ada kemauan yang paling dasar untuk mengerjakan keselamatan yang sudah diterima a.l. mereka mau melakukannya dengan penuh ketaatan dan kerelaan (ayat 12-13; bd. Ibrani 13:17), dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan serta mau berpegang pada firman kehidupan (ayat 14-16; bd. 1 Korintus 10:10-11) dan dipenuhi sukacita (ayat 17-18; bd. 1 Tesalonika 5:16). Dengan melakukan hal-hal itu kita juga bisa siap dan dapat menjadi pelayan Tuhan yang berkenan pada-Nya. Rasul Paulus telah membukakan sebuah kunci rahasia bagi kesiapan dan keberhasilan pelayanannya kepada Tuhan, sehingga bila kita melakukannya, kita juga tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah. Paulus juga telah menjadi contoh yang baik, di mana dia dapat menyelesaikan tugas pelayanannya dan mencapai garis akhir dengan baik. Dalam Kisah Para Rasul 20:24 dia berkata, Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah. Dia tidak menghiraukan nyawanya sedikitpun, karena dia mempunyai pegangan, motto dan tujuan hidup yang sangat jelas. Baginya ... hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah (Filipi 1:21-22 a). Dia bekerja dengan tujuan yang jelas dan memberi buah sesuai dengan tugas pelayanan yang diterimanya dari Tuhan. Sama seperti Kristus, Paulus telah mengerjakannya sampai selesai (bd. Yohanes 4:34). Dalam Yohanes 17:4 Tuhan Yesus berkata, Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Mari kita juga siap melayani Kristus dan bersedia melakukannya dengan hati yang berkenan kepada-Nya dan janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan (Roma 12:11). Amin, Tuhan Yesus memberkati pelayanan kita!
Oleh Pastor Silwanus Obadja M.Th.